Just Talk and Relax

12 Oktober 2020

Kepribadian Borderline (Part 2)

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Haiii semuanya.. ketemu lagi. Kali ini, aku masih bahas tentang kepribadian borderline. Kalo di postingan aku seeblumnya, bahas mengenai karakteristik dari kepribadian borderline.. bahas juga versi normal dan abnormalnya dari kepribadian borderline. Sekarang, aku mau bahas tentang gimana kepribadian borderline ini bisa terbentuk. Yuk, di kepoin sampai selesai.

Gimana Kepribadian Borderline Terbentuk?

Secara biologis, seseorang yang memiliki kepribadian borderline.. memiliki kesamaan temperament dengan seseorang yang mengalami manik-depresif. Mereka mengalami fluktuasi emosi secara cepat dan tidak stabil. Mereka juga bertindak secara impulsif dan sangat sensitif.

Menurut perspektif psikoanalisa, kepribadian borderline ini.. memiliki ego yang lemah dan akan semakin parah ketika dia ada di kondisi yang tertekan. Mereka akan sangat terganggu dalam melakukan integrasi pada situasi yang terjadi, kesulitan membentuk konsep di otak mereka dan sangat buruk dalam membuat perencanaan.

Ketika masih kecil, anak memiliki ketakutan yang sangat besar kalau ibu mereka akan pergi selamanya dan tidak pernah kembali. Hal ini yang menumbuhkan rasa cemas akan pemisahan diri secara terus-menerus sampai ia dewasa. Sehingga, anak ini akan tumbuh menjadi seseorang yang sangat bergantung dan tidak mentolerir dirinya ketika sendirian. Dan hal ini yang menjadi salah satu faktor seseorang tumbuh dengan kepribadian borderline.

Selain itu, kepribadian borderline ini.. kemungkinan pengasuh mereka sering mengancam akan menarik cinta dan kasih sayangnya kalau anak menunjukkan otonomi atau kenadirian mereka. Hal ini, memunculkan rasa takut yang mendalam tentang keterpisahan dan pengabaian. Sehingga, anak mengambil keputusan untuk bergantung kepada pengasuh agar ia bisa mendapatkan cinta dan menganggap kemandirian akan menghilangkan cinta orang lain kepada dirinya. Anak jadi tumbuh dengan perasaan ketidakstabilan antara ingin tegas dan takut diabaikan. Hal ini yang menyebabkan seseorang memiliki hubungan yang tidak stabil dan sering mengalami kekosongan.

Berdasarkan pespektif interpersonal, orang-orang yang memiliki kepribadian borderline.. mereka memiliki ketakutan yang luar biasa untuk ditinggal oleh orang lain. Mereka merasa tidak bisa hidup kalo gak ada orang lain sebagai tempat dia bergantung. Yang diinginkan oleh dengan kepribadian borderline ini, orang lain harus mencintai dan melindungi dia.. serta harus selalu ada dan tidak pernah pergi meninggalkan dia.

Karena mereka memiliki ketakutan yang luar biasa untuk ditinggal.. ini sering kali membuat orang dengan kepribadian borderline, secara tiba-tiba mengubah persepsi mereka tentang situasi dan cara berkomunikasinya. Mereka juga mengalami perubahan pada perilaku sehari-harinya. Hal ini yang menyebabkan mereka jadi mudah tersinggung dan sering salah dalam menafsirkan komunikasi yang mereka lakukan dengan orang lain.

Biasanya, orang-orang yang memiliki tipe kepribadian ini.. ketika kecil, pengasuh mereka menahan keinginan otonomi anak dan menganggap bahwa bergantung merupakan hal yang baik sehingga hal ini terus dibawa sampai ia dewasa dan ia akhirnya menerapkan hal ini juga pada setiap hubungan yang mereka jalani dengan orang lain. Selain itu, pengasuh juga secara tiba-tiba dan tanpa memberikan kejelasan.. membuat jarak dengan anak sehingga hal ini menunculkan rasa ketakutan yang mendalam kalau ia akan ditinggal oleh pengasuhnya. Anak akhirnya, melakukan berbagai cara agar ia tidak ditinggalkan oleh pengasuhnya.

Dalam sudut pandang kognitif, kepribadian borderline.. memiliki cara berpikir yang sering berpindah-pindah, dari positif.. bisa berubah jadi negatif. Hal ini disebabkan karena sejak kecil, mereka tidak mengalami proses pembelajaran yang sempurna. Ini nyambung sama beberapa perspektif yang udah aku jelasin diatas.. bisa jadi, dengan kondisi keluarga yang labil dan pengasuh yang tidak memberikan pembelajaran secara jelas juga sehingga.. anak jadinya bingung, apa yang harus dia lakukan dan bagaimana dia seharusnya bersikap. Dengan kondisi seperti ini, dimana mereka mengalami difusi identitas sehingga.. hal ini yang membuat mereka jadi rentan terhadap pikiran dan imajinasi yang mengganggu mereka.

Ketika mereka merasa bahwa hubungan terancam dan ia akan ditinggalkan.. hal ini membuat mereka tidak dapat berpikir dengan baik sehingga kemampuan mereka dalam mengevaluasi fakta, mengembangkan rencana adaptif menjadi melemah. Mereka juga menjadi kesulitan untuk mengontrol perilaku mereka sehingga sering bertindak secara impulsif. Hal ini yang bisa membuat mereka masuk ke dalam gangguan psikotik sementara ketika berada di situasi yang tertekan.

Berdasarkan perspektif teori evolusi dari Millon, kepribadian borderline ini mengalami ambivalensi pada semua polarisasi yang dijelaskan oleh Millon. Mereka sering bertindak secara tidak konsisten, kadang mencari kesenangan.. kadang mencoba untuk menghindari rasa sakit. Kadang bersikap pasif.. kadang jadi aktif. Dengan perubahan yang bisa terjadi secara mendadak. 

Biasanya, orang-orang dengan kepribadian borderline ini terbentuk dari lingkungan yang tidak konsisten juga.. dimana aturan yang dibuat oleh orang tua atau pengasuh mereka juga tidak jelas. Hal ini yang menyebabkan anak menjadi tidak dapat melebeli dirinya secara akurat, tidak dapat mengembangkan tujuan hidup yang realiastis dan kesulitan untuk memberikan respon yang sesuai dengan situasi.

Oke teman-teman, sekian dulu cerita aku tentang kepribadian borderline. Semoga bermanfaat ya.. Sampai ketemu di postingan aku selanjutnya.

Referensi :

Davidson, G.C., dkk. Psikologi Abnormal. Edisi ke-9. 2004.

Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, Fifth Edition. 2013.

Millon, T., dkk. Personality Disorder in Modern Life, Second Edition. 2000.

 

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Cari Blog Ini

Popular Posts

Copyright © Coklat Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com